Get Gifs at CodemySpace.com

Profile

Friday, January 27, 2012

Fairish




Davi murid baru di sekolah Irish meminta Irish untuk menjadi pacarnya. Eits,, tapi bukan pacar beneran.. alias cuma pura-pura. Soalnya Davi selalu dikerubutin cewek-cewek disekolah, yang membuatnya jadi risih. Hanya Irish yang cuek akan kehadiran cowok yang menurut cewek-cewek centil itu ganteng. Irish tentu saja harus berpikir berulang kali untuk menerima permintaan konyol Davi itu. Irish harus memikirkan resikonya. Irish sangat bingung!
Sampai akhirnya Irish menerima permintaan Davi meskipun dengan setengah hati. Tapi setelah dijalani. Irish senang kok menjadi satu-satunya cewek yang paling dekat dengan Davi, walaupun cuma untuk sementara dan tanpa ada ikatan apa-apa.

Irish emang nggak secantik Penelope Cruz. Dia cuma cewek biasa, yang disekolah pun sama sekali nggak ngetop. Karena itu Davi merasa aman, soalnya dia merasa nggak bakalan naksir Irish. Tapi saat muncul cowok lain bernama Alfa yang bikin Irish terpikat, kok Davi jadi nggak rela kehilangan Irish ya??

7 Hari menembus waktu



Sekilas mengenai isi novel
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Marissa yang sakit hati karena diputusin kekasihnya, Michael, padahal hubungan mereka sudah berjalan selama tiga tahun. Merutuki keadaan buruk yang menimpanya membuat Marissa tersedot ke masa lalu melalui sebuah lukisan yang terpampang di depannya.
Marissa kaget. Namun ia akhirnya paham dan menerima bahwa ia tidak lagi berada di masanya. Kembali ke masa dua puluh tahun yang lalu membuat Marissa mengalami dan mengetahui banyak hal baru. Di masa ini, yang merupakan masa pacaran kedua orang tuanya, Marissa juga berperan dan berjuang mati- matian untuk mempersatukan kedua orangtuanya.
Untunglah Marissa bertemu dengan Wiliam, bocah kesepian berusia delapan tahun yang memberi Marissa tempat tinggal dan mencukupi segala kebutuhan Marissa (terutama makan- Marissa cewek yang gemar makan). Wiliam tidak seperti anak kecil pada umumnya. Ia lebih dewasa dan juga lebih pintar. Untuk anak seusianya yang baru kelas 3 SD, ia sudah lompat ke kelas 5 SD karena kepandainnya. Bersama Wiliam, Marissa melaksanakan misi dadakannya, mempersatukan mami dan papinya.
Meski awalnya Wiliam tidak percaya bahwa Marissa berasal dari masa depan, namun akhirnya ia percaya juga ketika melihat kerakusan Marissa melahap setiap jenis makanan pada zaman itu.
Hidup bersama Wiliam juga membuat Marissa tahu bagaimana perasaan Wiliam yang sebenarnya dan alasan mengapa Wiliam dewasa sebelum waktunya. Marissa berhasil mengenal Wiliam secara mendalam dalam waktu tujuh hari perjalanannya. Meski keduanya terkadang bertengkar, namun Wiliam dan Marissa saling menyayangi. Berkat Marissa, hubungan Wiliam dan Tante Sarah, adik mamanya, menjadi baik.
Bagian lucu dari novel ini paling terasa ketika Marissa berinteraksi dengan Wiliam. Ada saja kejadian yang mereka alami. Salah satunya adalah ketika Wiliam dan Marissa berebutan bermain Space Invaders di komputer Wiliam. Masih banyak lagi kejadian seru yang mereka alami.
Rasa haru dan sedih mulai menyelimuti ketika Marissa mengetahui kenyataan hidup Wiliam yang begitu pahit dan betapa Wiliam menyalahkan dirinya atas semua yang telah dialami keluarganya. Ada lagi, ketika Marissa hendak kembali ke masanya, atmosfer perpisahan begitu terasa. Wiliam menasihati Marissa bahwa ia akan menemukan cowok yang tepat dan lebih baik dari Michael (bayangkan anak berusia delapan tahun bisa mengatakan hal seperti ini).

Respon saya....
Ketika Marissa diceritakan memakai kembali gaun putihnya saat ia hendak kembali, saya jadi teringat dengan tokoh Shin Ji Hyun di drama Korea yang berjudul 49 Days. Entah kenapa saya jadi kepikiran dia. Wiliam juga. Saya merasa agak gimana gitu saat mengetahui karakter Wiliam yang notabene adalah anak kecil namun bisa bersikap seperti orang dewasa dan menghabiskan waktu bersama Marissa. Soalnya novel pada umumnya mengisahkan dua orang bersamaan dari segi umur yang tidak berbeda jauh (kalaupun berbeda jauh pasti tokohnya orang dewasa). Lalu saya kepikiran si Conan, detektif cilik yang cerdas. Persis sekali. Begitulah kira- kira si Wiliam. Hanya saja ia memang anak kecil, bukan disuntik mengecil.
Salut buat pengarang yang telah mampu menghasilkan karya yang begitu bagus. Saya paling menyukai bab- bab akhir. Pengarang selain menciptakan fiksi yang unik juga menyisipkan pesan moral di dalam cerita ini. dan juga setting tahun 80an nya juga terasa. Oke banget deh pokoknya. Namun pada novel saya menemukan ada beberapa kesalahan cetak. Akan tetapi itu tidak menjadi masalah besar.
Well, itu sedikit review dari saya. Semoga bisa membantu bagi teman- teman yang memiliki hobi yang sama dengan saya dan sedang mencari bacaan yang oke.

Yang di belakang buku.....
Marissa kesal sekali ketika harus ikut ayahnya ke Gedung Albatross. Itu artinya dia akan bertemu Michael, mantan pacarnya. Dan itu berarti, dia juga akan bertemu Selina, musuh bebuyutannya yang telah merebut Michael dari sisinya.
Merasa frustasi oleh situasi, tak sadar Marissa menangis di depan sebuah lukisan, dan bergumam seandainya saja ia bisa menghilang.
Dan ia betul- betul menghilang... terlempar ke masa 20 tahun yang lalu, saat ia belum lahir, saat orangtuanya pun masih belum berpacaran...
Bersama Wiliam, anak kecil yang ditemuinya di masa lalu, ia mengalami hal- hal lucu dan menyenangkan, hal- hal yang akan mengubah kehidupan Marissa dan Wiliam di masa depan....

The Strange Girls



Kata nenek, masa yang paling indah itu masa-masa di sekolah. Dan bukan The Strang Girls namanya kalau nggak jayus, sok gaul dan pastinya…aneh.

Dea, si anak sutradara, yang kampungan dan lemot itu punya dendam kesumat pada Alfonso, si artis terkenal. Untuk melaksanakan misi balas dendamnya, ia dibantu oleh ketiga sohibnya yang gokil abis.
Ada Westy, si “iblis” yang terobsesi sama kimia dan Belanda. Ada Ayu, si “malaikat” yang cantik dan jago karate. Dan ada Liora, si “netral” yang cool dan gila komik.
Di sela-sela aksi balas dendam tersebut, ternyata percikan api cinta diantara ketiga sohib Dea dengan ketiga sohib Alfonso. Saat itulah ketiga persahabatan mereka diuji.
Ada tawa, benci, cemburu, sakit hati, juga tangis kehilangan saat salah satu dari The Strange Girls harus pergi untuk selamanya.
Seiring dengan berjalannya waktu, semuanya mulai kembali seperti semula, Westy dan Ayu tambah lengket dengan pasangannya masing-masing. Begitupula dengan Dea. Tanpa disadari, Dea dan Alfonso mulai merasakan getaran-getaran aneh, yang menghapus semua dendam.

Be My Sweet Darling: Queen Soraya


Aku sudah pernah punya buku Queen Soraya yang lain, Uglyphobia. Dan setelah baca, yah, lumayanlah. Namanya juga teenlit. Udah setahun terakhir ini aku banyak beli teenlit soalnya mau koleksi. Lagipula dari teenlit aku bisa tahu pengarang-pengarang baru yang berkualitas karena rata-rata yang menulis teenlit itu baru menulis buku pertamanya(menurutku lho).
Review buku ini di blog-blog lain selalu bilang keren. Makanya aku penasaran buat beli. Akhirnya aku ke gramedia MP untuk membelinya beserta novel teenlit yang lain(8,9,10 udah belom dan My perfect life).
Buku ini nggak menyertakan pembatas buku seperti pada novel Jingga dan Senja. Soalnya buku-buku teenlit yang dulu memang nggak ada pembatas bukunya(novel ini diterbitkan tahun 2009), beda dengan yang sekarang. Aku juga membacanya setelah membaca novel The Magic Thief dan selesai hanya dalam beberapa jam(sangking tipisnya).
Buku ini diawali dengan Marsha, cewek cantik berambut panjang yang suka meledak-ledak(aku sampai benci banget sama karakter ini karena sifatnya yang benar-benar seperti emak-emak pemarah) yang mendapati Ega(pacarnya yang kuliah di Belanda) bermesraan dengan sahabatnya, Raya di sebuah kafe. Sebenarnya Raya yang ngajak Marsha ke kafe itu dan tanpa ba bi bu lagi untuk mendengar penjelasan Raya atau Ega, Marsha marah-marahin mereka berdua dan kemudian merajuk pergi. Cerita lalu bergulir dengan bertabrakannya Marsha dan Bima di sekolah yang membuat Marsha benci sama cowok yang bernama Bima itu. Dan tanpa disangka-sangka, ketika mama Marsha membuka kos-an di rumahnya, orang yang tinggal di kos-an rumah Marsha adalah Bima. Dan Marsha harus nyuciin dan nyetrikain bajunya(Hahaha) karena tertulis di perjanjian kos-an.
Cerita juga diperkaya dengan tokoh Poppy. Ketika Poppy memberikan sebuah bingkisan kepada Marsha untuk diberikan kepada Bima, ternyata Bima mendapat kecelakaan di jalan dan Marsha yang nyelamatin dia dan ngebawa ke rumah sakit. Namun, Marsha meninggalkan bingkisan Poppy di rumah sakit dan naasnya, surat yang diselipkan di bingkisan itu hilang sehingga Bima ketika sadar, nggak tahu bingkisan itu punya siapa. Akhirnya, Bima(dengan noraknya) buat pengumuman di sekolah siapa yang sudah memberikan bingkisan tersebut. Banyak cewek yang ngaku-ngaku namun Poppy memberitahunya dengan jelas bahwa bingkisan itu miliknya dan ingin diberikan kepada Bima. Bima memberitahunya bahwa ia akan mengabulkan permintaan Poppy dan Poppy langsung nembak Bima saat itu. Akhirnya Bima jadian deh sama Poppy.
Terus ada juga tokoh Nadia. Cewek ini dulunya pacaran dengan kembaran Bima, Bayu. Namun Bayu sudah meninggal namun Nadia tidak mau menerima hal itu dan menganggap Bima adalah pacarnya itu. Boleh dibilang Nadia ini sakit jiwa. Apalagi dialah penyebab utama Bima nggak mau lagi tinggal dengan tantenya yang merupakan mamanya Nadia. Dia juga yang udah nyerempet motor Bima sehingga Bima yang kecelakaan dan ngelukain Marsha juga ketika dia sendirian di rumahnya. Tokoh ini nyeremin euy.
Mm, pada akhirnya teka-teki pengkhianatan Raya ke Marsha terjawab dan tentu saja seperti teenlit-teenlit lain, Happy Ending!
Oh iya, aku lupa. Ada juga toko lain, sahabat Marsha yang satunya, Tata. Namun ia tidak terlalu disorot di cerita ini.
Untuk kelanjutan kisahnya, silakan beli bukunya dan baca sendiri ya!